Jadi, Mengapa Kamu Masih Galau?

Saya percaya, kehidupan yang enak dan lancar tidak selamanya nikmat tapi mungkin sebuah cobaan terbesar, apakah kita masih mengingat Dia atau hanya mengingatnya di kala susah dan sedih.

Hampir 2 tahun belakangan ini ada istilah baru untuk menggambarkan keadaan diri yang tidak terkendali dan sulit untuk diidentifikasi yaitu, Galau. Mulai dari bingung mau ngapain, sampai perasaan ga jelas, semua terangkum dalam satu kata, Galau -_-*

Yahh, saya sering juga sih pakai kata ‘galau‘ dalam segala aspek kehidupan. Mulai dari galau masalah percintaan sampai galau ga jelas bingung mau ngapain gara-gara lihat cowok ganteng #eh. Paling epik sih saat masa skripsi kemarin, saya menciptakan satu kata baru yang berasal dari galau yaitu, GaMiS = Galau Mikirin Skripsi 😀

Ah iya, back to topic. Perasaan galau itu mulai ngeselin kalau udah bikin depresi. Awalnya sih kita bingung mau ngapain ya, ga ada kerjaan gitu. Trus, tiba-tiba kepikiran nasib pengangguran, apply sana-sini, panggilan kemana-mana tapi belum juga bekerja, lama-lama jadi stress sendiri, “Gue kurang apa sih? Kenapa ga ada perusahaan yang mau terima gue. Kayaknya emang bener deh nih, gue sampah masyarakat, sampah dunia…” trus, ambil tali, trus ….

Aiiih lebay abis. Cuma gara-gara bingung mau ngapain di mix sama nasib nelangsa pengangguran, kita bisa pindah dunia??!? Eh jangan salah lho, mungkin memang ga se-ekstrim sampe pindah dunia tapi minimal perasaanmu akan jungkir balik tidak bisa kamu kendalikan sampai kamu sendiri bingung, “Kenapa gue begini ya?”

Iyaa, kenapa? Kenapa kamu galau?

Sekarang, coba kita pelajari perlahan. Galau itu berawal dari kekosongan yang digiring menuju efek negatif. Semua akan terasa sakit dan sedih, kamu orang paling sengsara se-dunia. Itulah akibatnya. Gimana kalau kita tuntun kekosongan itu menuju sisi positif? Diawali dengan rasa bersyukur. Sadar atau tidak, berbagai bentuk penyesalan adalah hasil dari kurangnya rasa bersyukur. Sedikit dan perlahan coba kita syukuri segala hal se-simple apapun itu.

Setelah itu, lihatlah ke bawah, jangan lihat ke atas terus. Lihat ke atas itu capek dan pegal, bikin kesel pula. Kalau lihat ke bawah itu rasanya hati ini lapang, penuh syukur atas segala nikmat yang diberikan. Kalau keadaan yang ada sekarang tidak seiring dengan keinginan, cuma ada satu solusi, sabar. Klise, ya? Memang, karena itulah jurusnya. Semua akan indah pada waktunya, bukan?

Lalu, jika pada akhirnya keadaan benar-benar tidak sesuai dengan keinginan kita, bagaimana? Hanya satu jurus, ikhlas. Dengan ikhlas, perjuangan yang maksimal itu tidak akan terlihat sia-sia. Terakhir adalah selalu berpikir dan berprasangka positif. Jika negatif diberi efek negatif, maka dia akan saling bertolak dan tidak menghasilkan apapun. Nah, jika efek negatif dilawan dengan positif, maka akan timbul hasil yang menyembuhkan.

Hidup ini indah, hanya dari sisi mana saja kita melihatnya. Jadi, mengapa kamu masih galau? 🙂